Apa ada yang pernah mengeluh
dengan hidupnya yang selalu sial?
Berhati-hatilah dengan keluhan
Anda. Jika Anda mengucapkannya di sembarang tempat, bisa dipastikan Anda
“disemprot” oleh orang yang ada di sekitar Anda. Alasannya? Karena tidak ada
hidup seseorang yang benar-benar selalu sial, tepatnya kesialan orang berbeda. Mungkin Anda hanya diminta untuk
lebih berhati-hati dan dekat dengan Sang Maha Benar.
Ketahuilah tidak ada hidup
seseorang yang tidak pernah merasa sial, termasuk saya. Entah ini harus disebut
sial atau kecerobohan, karena pada dasarnya saya hanya mengikuti apa yang saya
terima. Hal yang paling menyedihkan di
dunia ini adalah gagal menjadi makhluk-Nya. Namun, hal yang paling mengecewakan
di dunia ini adalah ketika tidak sanggup menjalankan kepercayaan dari
orang-orang sekitar.
“Gue harus apa? Gue bisa apa?” Hanya
pertanyaan itu yang terpikirkan.
Minta maaf? Itu hal pertama dan
pasti yang akan saya lakukan.
Melakukan perbaikan? Tentu saja.
Lalu apa lagi? Berdoa agar
rencana tetap berjalan dengan semestinya? Itu semua kehendak Tuhan dan hanya Dia yang
tahu. Berserah pada-Nya adalah cara terakhir setelah berikhtiar.
Jujur saja, rasanya sedih menjadi
penyebab kekecewaan mereka. Mungkin mereka akan bilang, “Iya gapapa kok.
Selow.”
But, hellooooo. Jawaban yang diinginkan bukan itu. Kata-kata “Iya
gue maafin. Jangan gitu lagi” mungkin punya arti yang similar dengan “Iya gapapa”, tapi percaya deh kata “Gapapa” selalu
punya kesan yang buruk. Kadang malah lebih enak mendengar sumpah serapah mereka
daripada harus tahu mereka marah tapi diomongin di belakang.
Apa salahnya jika Anda
menegurnya? Bukankah itu lebih baik? Yah mungkin efeknya tidak bagus bagi orang
yang ditegur, tapi nasihat dan teguran adalah yang paling baik diantara pilihan
yang baik.
Lalu apa yang harus dilakukan
orang yang ditegur setelah mood-nya
hancur seketika? Mencari penghiburan? Kedengarannya bagus, tapi susah dicari
ketika pikiran Anda sudah bercabang dan terlalu menyalahkan diri Anda sendiri.
Yap kecuali Anda mengenali diri
Anda sendiri. Tidak ada orang yang benar-benar mengenal dirinya sendiri.
Kenapa? Karena yang menilai sifat kita adalah orang lain dan kita hanya
mengetahui apa yang kita pikirkan.
Mulailah dengan Anda menenangkan
diri sendiri dengan menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan
perlahan. Jika masih belum berhasil, basuhlah wajah Anda (ga tau sih efeknya
bisa ke semua orang apa engga, tapi yang pasti segernya air bisa mengurangi
emosi yang lagi meledak).
Moodbooster. Satu kata tapi bisa merubah segalanya. Moodbooster bisa berupa apa saja. Entah itu
manusia, makanan, minuman, games,
bahkan tempat juga bisa menjadi penyemangat Anda. Jika Anda bertemu dan menikmati
kebersamaan waktu Anda dengan moodbooster,
pasti emosi Anda yang sedang kalut itu perlahan mulai memudar. Memang tidak
sepenuhnya hilang, tetapi setidaknya mengurangi beban yang sedang dipikirkan.
Apakah moodbooster Anda adalah gebetan Anda sendiri? Wow, pasti mudah
untuk lupa sejenak dengan masalah Anda. Lihat doi tersenyum, bisa lupa daratan.
Apalagi jika doi menyapa, membuat Anda tertawa, apalagi kencan, saya sarankan
jangan lupa bernafas, “ngedip”, serta berhenti menunjukkan wajah konyol ya.
Jaga-jaga agar dia tidak ilfeel
dengan Anda.
Tapi, ada satu kegiatan yang
benar-benar saya lakukan untuk meredakan emosi saya selain makan, yaitu tidur. Sekalut
apapun masalah yang saya hadapi, saya selalu usaha untuk mencoba tidur walaupun
hanya sebentar karena setiap saya bangun tidur bebannya jadi berbeda. Mungkin tiap-tiap
orang memiliki caranya masing-masing, tapi menurut saya tidur adalah cara yang
ampuh untuk menenangkan emosi setelah shalat (bagi orang Muslim ya).
Masalah memang tidak akan hilang
dengan sendirinya, kita, sebagai makhluk yang paling pintar diantara semua
makhluk-Nya, harus bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan lapang dada dan bersabar. Usaha dan jangan lupa berdoa kepada Tuhan.
“Tidak ada hal yang tidak mungkin
ketika Allah SWT. sudah mengatakan, “Kun
Fayakun!”. Bertawakal hanya kepada Allah ketika usaha kita sudah merasa
maksimal. Allah tidak akan merubah suatu kaum jika kaum tersebut tidak
merubahnya sendiri dan Allah tidak akan memberikan cobaan jika hamba-Nya tidak
sanggup untuk melaluinya.”
24 Oktober 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar