Minggu, 25 Oktober 2015

Masalah

Apa ada yang pernah mengeluh dengan hidupnya yang selalu sial?

Berhati-hatilah dengan keluhan Anda. Jika Anda mengucapkannya di sembarang tempat, bisa dipastikan Anda “disemprot” oleh orang yang ada di sekitar Anda. Alasannya? Karena tidak ada hidup seseorang yang benar-benar selalu sial, tepatnya kesialan orang berbeda. Mungkin Anda hanya diminta untuk lebih berhati-hati dan dekat dengan Sang Maha Benar.

Ketahuilah tidak ada hidup seseorang yang tidak pernah merasa sial, termasuk saya. Entah ini harus disebut sial atau kecerobohan, karena pada dasarnya saya hanya mengikuti apa yang saya terima. Hal yang paling menyedihkan di dunia ini adalah gagal menjadi makhluk-Nya. Namun, hal yang paling mengecewakan di dunia ini adalah ketika tidak sanggup menjalankan kepercayaan dari orang-orang sekitar.

“Gue harus apa? Gue bisa apa?” Hanya pertanyaan itu yang terpikirkan.
Minta maaf? Itu hal pertama dan pasti yang akan saya lakukan.
Melakukan perbaikan? Tentu saja.

Lalu apa lagi? Berdoa agar rencana tetap berjalan dengan semestinya? Itu semua kehendak Tuhan dan hanya Dia yang tahu. Berserah pada-Nya adalah cara terakhir setelah berikhtiar.

Jujur saja, rasanya sedih menjadi penyebab kekecewaan mereka. Mungkin mereka akan bilang, “Iya gapapa kok. Selow.”

But, hellooooo. Jawaban yang diinginkan bukan itu. Kata-kata “Iya gue maafin. Jangan gitu lagi” mungkin punya arti yang similar dengan “Iya gapapa”, tapi percaya deh kata “Gapapa” selalu punya kesan yang buruk. Kadang malah lebih enak mendengar sumpah serapah mereka daripada harus tahu mereka marah tapi diomongin di belakang.

Apa salahnya jika Anda menegurnya? Bukankah itu lebih baik? Yah mungkin efeknya tidak bagus bagi orang yang ditegur, tapi nasihat dan teguran adalah yang paling baik diantara pilihan yang baik.

Lalu apa yang harus dilakukan orang yang ditegur setelah mood-nya hancur seketika? Mencari penghiburan? Kedengarannya bagus, tapi susah dicari ketika pikiran Anda sudah bercabang dan terlalu menyalahkan diri Anda sendiri.

Yap kecuali Anda mengenali diri Anda sendiri. Tidak ada orang yang benar-benar mengenal dirinya sendiri. Kenapa? Karena yang menilai sifat kita adalah orang lain dan kita hanya mengetahui apa yang kita pikirkan.

Mulailah dengan Anda menenangkan diri sendiri dengan menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. Jika masih belum berhasil, basuhlah wajah Anda (ga tau sih efeknya bisa ke semua orang apa engga, tapi yang pasti segernya air bisa mengurangi emosi yang lagi meledak).

Moodbooster. Satu kata tapi bisa merubah segalanya. Moodbooster bisa berupa apa saja. Entah itu manusia, makanan, minuman, games, bahkan tempat juga bisa menjadi penyemangat Anda. Jika Anda bertemu dan menikmati kebersamaan waktu Anda dengan moodbooster, pasti emosi Anda yang sedang kalut itu perlahan mulai memudar. Memang tidak sepenuhnya hilang, tetapi setidaknya mengurangi beban yang sedang dipikirkan.

Apakah moodbooster Anda adalah gebetan Anda sendiri? Wow, pasti mudah untuk lupa sejenak dengan masalah Anda. Lihat doi tersenyum, bisa lupa daratan. Apalagi jika doi menyapa, membuat Anda tertawa, apalagi kencan, saya sarankan jangan lupa bernafas, “ngedip”, serta berhenti menunjukkan wajah konyol ya. Jaga-jaga agar dia tidak ilfeel dengan Anda.

Tapi, ada satu kegiatan yang benar-benar saya lakukan untuk meredakan emosi saya selain makan, yaitu tidur. Sekalut apapun masalah yang saya hadapi, saya selalu usaha untuk mencoba tidur walaupun hanya sebentar karena setiap saya bangun tidur bebannya jadi berbeda. Mungkin tiap-tiap orang memiliki caranya masing-masing, tapi menurut saya tidur adalah cara yang ampuh untuk menenangkan emosi setelah shalat (bagi orang Muslim ya).

Masalah memang tidak akan hilang dengan sendirinya, kita, sebagai makhluk yang paling pintar diantara semua makhluk-Nya, harus bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan lapang dada dan bersabar. Usaha dan jangan lupa berdoa kepada Tuhan.

“Tidak ada hal yang tidak mungkin ketika Allah SWT. sudah mengatakan, “Kun Fayakun!”. Bertawakal hanya kepada Allah ketika usaha kita sudah merasa maksimal. Allah tidak akan merubah suatu kaum jika kaum tersebut tidak merubahnya sendiri dan Allah tidak akan memberikan cobaan jika hamba-Nya tidak sanggup untuk melaluinya.”



24 Oktober 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar